BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Trauma toraks merupakan penyebab utama kematian. Banyak penderita
trauma toraksdatang dengan keadaan kritis, lalu meninggal setelah sampai di
rumah sakit. Untuk itudiperlukan diagnosis yang cepat dan terapi yang
adekuat.Kurang dari 10% dari cederatumpul toraks dan 15-30% dari cedera tembus
toraks yang membutuhkan tindakantorakotomi. Mayoritas kasus trauma toraks dapat
diatasi dengan prosedur resusitasi, peralatanyang lengkap, dan perawatan
rawat inap yang tepat.
Pneumotoraks adalah keadaan terdapatnya udara atau gas dalam
rongga pleura. Pada keadaan normal rongga pleura tidak berisi udara, sehingga
paru-paru dapat leluasa mengembang terhadap rongga dada.
Pneumotoraks didefinisikan sebagai adanya udara atau gas dalam rongga
pleura, yaitu di ruang potensialantara pleura viseral dan parietal paru.
Hasilnya adalah kolapsnya paru-paru pada sisi yang terkena. Udara bisa masuk
ruang intrapleural melalui hubungan dari dinding dada (yaitu trauma) atau
melalui parenkim paru-paru di pleura visceral.
B.
TUJUAN
PENULISAN
Tujuan Umum
Diharapkan setelah
mempelajari materi ini dapat menambah
wawasan dan pengetahuan kita mengenai
pneumotoraks. Juga sebagai tambahan bahan materi pembelajaran agar dapat lebih menguasai
materi perkuliahan.
Diharapkan setelah mempelajari materi ini kita dapat
mengetahui:
1. Definisi
dari pneumotoraks
2. Bagaimana
patofisiologi dari pneumotoraks
3. Serta
mengetahui bagaimana pneumotosuhan keperawatan pada pasien pneumotoraks
C. SISTEMATIKA
BAB I Pendahuluan berisi latar belakang,
tujuan, dan sistematika.
BAB II Pembahasan tentang Pneumotoraks dan Asuhan Keperawatan pada
pasien dengan Pneumotoraks.
BAB III Penutup berisi kesimpulan.
BAB II
PEMBAHASAN
PNEUMOTORAKS
I.
PENGERTIAN
PNEUMOTORAKS
Pneumotorax
adalah adanya udara dalam rongga pleura. Pneumothorax dapat terjadi secara
spontan atau karena trauma (British Thoracic Society 2003).
Tension
pneumothorax disebabkan karena tekanan positif pada saat udara masuk
ke pleura pada saat inspirasi. Pneumothorax dapat menyebabkan cardiorespiratory
distress dan cardiac arrest.
Pneumothorax ialah didapatkannya udara didalam kavum pleura
(Hendra Arif, 2000).
Pneumotoraks adalah keadaan terdapatnya udara atau gas dalam
rongga pleura. Pada keadaan normal rongga pleura tidak berisi udara, sehingga
paru-paru dapat leluasa mengembang terhadap rongga dada.
Pneumotoraks didefinisikan sebagai adanya udara atau gas dalam
rongga pleura, yaitu, di ruang potensial antara pleura viseral dan parietal
paru. Hasilnya adalah kolapsnya paru-paru pada sisi yang terkena. Udara bisa
masuk ruang intrapleural melalui hubungan dari dinding dada (yaitu trauma) atau
melalui parenkim paru-paru di pleura visceral.
II. KLASIFIKASI PNEUMOTORAKS
Berdasarkan
penyebabnya
Pneumotoraks diklasifikasikan menjadi tiga yaitu:
1.
Pneumotoraks
spontan
Terjadi tanpa
penyebab yang jelas. Pneumotoraks spontan primer terjadi jika pada penderita
tidak ditemukan penyakit paru-paru. Pneumotoraks ini diduga disebabkan oleh
pecahnya kantung kecil berisi udara di dalam paru-paru yang disebut bleb atau
bulla. Penyakit ini paling sering menyerang pria berpostur tinggi-kurus, usia
20-40 tahun. Faktor predisposisinya adalah merokok sigaret dan riwayat keluarga
dengan penyakit yang sama. Pneumotoraks spontan sekunder merupakan komplikasi
dari penyakit paru-paru (misalnya penyakit paru obstruktif menahun, asma,
fibrosis kistik, tuberkulosis, batuk rejan).
2.
Pneumotoraks
traumatik
Terjadi akibat cedera traumatik pada dada. Traumanya bisa bersifat menembus (luka tusuk, peluru) atau tumpul (benturan pada kecelakaan kendaraan bermotor).
Pneumotoraks juga bisa merupakan komplikasi dari tindakan medis tertentu
(misalnya torakosentesis).
Terjadi akibat cedera traumatik pada dada. Traumanya bisa bersifat menembus (luka tusuk, peluru) atau tumpul (benturan pada kecelakaan kendaraan bermotor).
Pneumotoraks juga bisa merupakan komplikasi dari tindakan medis tertentu
(misalnya torakosentesis).
3.
Pneumotoraks
karena tekanan
Terjadi jika paru-paru mendapatkan tekanan berlebihan sehingga paru- paru mengalami kollaps.
Terjadi jika paru-paru mendapatkan tekanan berlebihan sehingga paru- paru mengalami kollaps.
Tekanan yang berlebihan juga bisa
menghalangi pemompaan darah oleh jantung secara efektif sehingga terjadi
syok.
III. ETIOLOGI PNEUMOTORAKS
Ø Segala bentuk trauma dada
Ø Spontan → sering kali di dapat
penyakit dasar berupa :
ü TBC paru
ü Bronkhitis kronis
ü Emfisema
ü Kanker paru
IV. PATOFISIOLOGI PNEUMOTORAKS
Alveoli disangga oleh kapiler yang mempunyai dinding lemah dan mudah robek,
apabial alveoli tersebut melebar dan tekanan didalam alveoli meningkat maka
udara masuk dengan mudah menuju kejaringan peribronkovaskuler gerakan nafas
yang kuat, infeksi dan obstruksi endrobronkial merupakan beberapa faktor
presipitasi yang memudahkan terjadinya robekan selanjutnya udara yang terbebas
dari alveoli dapat mengoyak jaringan fibrotik peribronkovaskuler robekan pleura
kearah yang berlawanan dengan tilus akan menimbulkan pneumothoraks, sedangkan robekan
yang mengarah ke tilus dapat menimbulkan pneumomediastinum dari mediastinum
udara mencari jalan menuju ke atas, ke arah leher. Diantara organ
– organ medistinum terdapat jairngan ikat yang longgar sehingga mudah ditembus
oleh udara . Dari leher udar menyebar merata di bawah kulit leher dan dada yang
akhirnya menimbulkan emfisema sub kutis yang dapat meluas ke arah perut hingga
mencapai skretum
PATHWAY
Trauma dada
↓
Robekan pleura
↓
Terbukanya
dinding dada
↓
Aliran
udara ke rongga pleura meningkat
↓
Tekanan
di rongga pleura lebih tinggi dari pada di atmosfer
↓
Terjadi
kollaps paru
↓
Kompensasi
untuk memenuhi oksigen ke seluruh tubuh berkurang
↓
Jantung
bekerja lebih cepat
↓
Takikardi
↓
Napas
menjadi pendek dan cepat
V.
MANIFESTASI KLINIS
Gejalanya
berupa:
a.
Sesak
napas
b.
Dada
terasa sempit
c.
Gelisah
d.
Keringat
dingin
e.
Sianosis
f.
Tampak
sisi yang terserang menonjol dan tertinggal dalam pernapasan
g.
Perkusi
hipersonor
h.
Pergeseran
mediastinum ke sisi sehat
i.
Pola
napas melemah pada bagian yang terkena
j.
Suara
amforik
k.
Saat
diperkusi terdengar hiperosa
l.
Nyeri
pleura
m.
Hipotensi
n.
Pemeriksaan
radiologi
o.
AGD
: ↓ CO2, ↓ PO2, ↑ PCO2, ↑ pH
VI. KOMPLIKASI
1)
Iga : Fraktur multiple dapatmenyebabkankelumpuhanrongga dada.
2) Pleura, paru-paru, bronkhi : Hemopneumothoraks – emfisema pembedahan.
3) Jantung : Tamponade jantung ; rupture jantung ; rupturototpapilar ; ruptur klepjantung.
4) Pembuluh darah besar : Hematothoraks.
5) Esofagus : Mediastinitis.
6) Diafragma : Herniasivisera dan permukaan hati, limpa dan ginjal
2) Pleura, paru-paru, bronkhi : Hemopneumothoraks – emfisema pembedahan.
3) Jantung : Tamponade jantung ; rupture jantung ; rupturototpapilar ; ruptur klepjantung.
4) Pembuluh darah besar : Hematothoraks.
5) Esofagus : Mediastinitis.
6) Diafragma : Herniasivisera dan permukaan hati, limpa dan ginjal
(Mowschenson, 1990).
VII. PEMERIKSAAN
PENUNJANG
ü Foto
Thoraks
ü Laboratorium
: AGD → hipoksia
ü EKG
ü Radiologi
VIII. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN DAN MEDIS
Penatalaksanaan pneumothoraks tergantung dari
jenis pneumothoraks antara lain dengan melakukan :
1.
Tindakan
medis
Tindakan observasi, yaitu dengan mengukur tekanan intra pleura menghisap
udara dan mengembangkan paru. Tindakan ini terutama ditunjukan pada
pneumothoraks tertutup atau terbuka,sedangkan untuk pneumothoraks ventil
tindakan utama yang harus dilakukan dekompresi tehadap tekanan intra pleura
yang tinggi tersebut yaitu dengan membuat hubungan udara ke luar.
2.
Tindakan
dekompresi
Membuat hubungan rongga pleura
dengan dunia luar dengan cara :
a. Menusukan jarum melalui dinding dada terus masuk ke rongga
pleura dengan demikian tekanan udara yang positif dirongga pleura akan berubah
menjadi negatif kerena udara yang positif di rongga pleura akan berubah menjadi
negatif karena udara yang keluar melalui jarum tersebut.
b.
Membuat hubungan dengan udara luar melalui kontra ven il.
· Dapat memakai
infus set khususnya niddle
· Jarum abbocath
· Pipa WSD ( Water Sealed
Drainage )
Pipa khusus ( thoraks kateter )
steril, dimasukan kerongga pleura dengan perantara thoakar atau
dengan bantuan klem penjepit ( pean ). Pemasukan pipa plastik( thoraks kateter
) dapat juga dilakukan melalui celah yang telah dibuat dengan insisi kulit dari
sela iga ke 4 pada baris aksila tengah atau pada garis aksila belakang. Swelain
itu data pula melalui sela iga ke 2 dari garis klavikula tengah. Selanjutnya
ujung sela plastik didada dan pipa kaca WSD dihubungkan melalui pipa plastik
lainya,posisi ujung pipa kaca yang berada dibotol sebaiknya berada 2 cm
dibawahpermukaan air supaya gelembung udara dapat dengan mudah keluar melalui
tekanan tersebut.
Penghisapan terus – menerus (
continous suction ).
Penghisapan dilakukan terus –
menerus apabial tekanan intra pleura tetap positif, penghisapan ini dilakukan
dengan memberi tekanan negatif sebesar 10 – 20 cm H2O dengan tujuan agar paru
cepat mengembang dan segera teryjadi perlekatan antara pleura viseralis dan
pleura parentalis.
Apabila paru telah mengembang
maksimal dan tekanan intrapleura sudah negative lagi, drain drain dapat
dicabut, sebelum dicabut drain ditutup dengan cara dijepit atau ditekuk selama
24 jam. Apabila paru tetap mengembang penuh, maka drain dicabut.
3. Tindakan bedah
a. Dengan pembukaan dinding thoraks
melalui operasi, dan dicari lubang yang menyebabkan pneumothoraks dan dijahit.
b. Pada pembedahan, apabila dijumpai
adanya penebalan pleura yang menyebabkan paru tidak dapat mengembang, maka
dilakukan pengelupasan atau dekortisasi.
c. Dilakukan reseksi bila ada bagian
paru yang mengalami robekan atau ada fistel dari paru yang rusak, sehingga paru
tersebut tidak berfungsi dan tidak dapat dipertahankan kembali.
d. Pilihan
terakhir dilakukan pleurodesis dan perlekatan antara kedua pleura ditempat
fistel.
Pengobatan tambahan :
Apabila terdapat proses lai diparu, maka pengobatan tambahan
ditujukan terhadap penyebabnya ;
-
Terhadap proses tuberkolosis paru,
diberi obat anti tuberkolosis.
- Untuk mencegah obstipasi dan memperlancar defekasi,
penderita diberi laksan ringan ringan, dengan tujuan supaya saat defekasi,
penderita tidak dapat perlu mengejan terlalu keras.
-
Istirahat total
- Penderita dilarang melakukan kerja keras ( mengangkat barang
berat ), batuk, bersin terlalu keras, mengejan.
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN PNEUMOTHORAKS
Data Fokus
Data Subjektif
|
Data Objektif
|
1.
Pasien mengeluh:
-
Sesak nafas
-
Nyeri dada menusuk
-
Gelisah
-
Keringat dingin
-
Cemas
|
1.
TTV:
-
TD : turun
-
RR : naik.
-
HR : naik
-
Suhu : naik
2.
Sianosis
3.
Pemfis: pada saat diperkusi terdengar hipersonor
4.
Suara nafas melemah
5.
Suara amforik
6.
Tampak sisi yang terserang menonjol dan tertinggal dalam pernapasan
7.
Terlihat gelisah
8.
Foto Thorak: terlihat garis penguncup paru yang sangat halus
9.
AGD
10. Ketakutan
11. Cemas
12. Terlihat kesakitan
|
Analisa Data
Data Fokus
|
Problem
|
Etiologi
|
-
Sesak nafas
-
Nyeri dada menusuk
2.
DO:
-
RR : naik.
-
HR : naik
-
Sianosis
-
Suara nafas melemah
-
Suara amforik
-
Tampak sisi yang terserang menonjol dan tertinggal dalam pernapasan.
|
Pola nafas tidak efektif
|
Ketidakadekuatan ekspansi paru
|
1.
DS: pasien mengeluh:
-
Sesak nafas
-
Nyeri dada menusuk
2.
DO:
-
RR : naik.
-
Sianosis
-
AGD
|
Gangguan pertukaran gas
|
Penurunan pemasukan O2
|
1.
DS: pasien mengeluh:
-
Nyeri dada menusuk.
-
Keringat dingin.
2.
DO:
-
Terlihat kesakitan
-
Suara amforik
|
Nyeri
|
Trauma jaringan (luka tusuk/kecelakaan)
|
1.
DS
-
Gelisah
-
Cemas
2.
DO:
-
Ketakutan
-
Cemas
-
Terlihat kesakitan
|
Kurangnya pengetahuan
|
Kurangnya informasi tentang penatalaksanaa medis.
|
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
NO
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tanggal ditemukan
|
Tanggal
teratasi
|
1.
|
Pola nafas tidak efektif b.d Ketidakadekuatan ekspansi paru.
|
30/10/2012
|
|
2.
|
Gangguan pertukaran gas b.d penurunan pemasukan O2.
|
30/10/2012
|
|
3.
|
Nyeri b.d trauma jaringan( luka tusuk/kecelakaan)
|
30/10/2012
|
|
4.
|
Kurangnya pengetahuan b.d kurangnya informasi ntentang penatalaksanaan
medis.
|
30/10/2012
|
|
INTERVENSI
NO
|
Tanggal
|
Tujuan dan kriteria hasil
|
Intervensi keperawatan
|
1.
|
30/ 10 / 2012
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24
jam masalah pola nafas tidak efektif sudah teratasi dengan kriteria hasil :
·
Pasien dapat bernafas dengan normal
|
1. Mandiri
· Mengidentifikasi etiologi/faktor pencetus (kolaps paru).
Rasional :
pemahaman penyebab kolaps paru perlu untuk pemasangan selang dada yang tepat
dan memilih tindakan terapeutik lain.
·
Evalusi fungsi pernapasan, catat kecepatan/pernapasan serak, dispnea.
Rasional :
distres pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi sebagai
akibat stres fisiologi dan nyeri/dapat menunjukan terjadinya syok sehubung
dengan hipoksia.
·
Awasi kesesuaian pola pernapasan bila menggunakan ventilasi mekanik.
Rasional :
kesulitan bernapas “dengan” ventilator dan/atau peningkatan tekanan jalan napas
diduga memburuknya kondisi/terjadinya komplikasi.
·
Kaji fremitus
Rasional : suara
dan taktil fremitus menurun pada jaringan yang terisi cairan.
2.
Kolaborasi
·
Awasi/gambarkan seri GDA
Rasional :
Mengkaji status pertukaran gas dan ventilasi, perlu untuk kelanjutan terapi.
·
Berikan oksigen tambahan melaui kanula/masker sesuai indikasi.
Rasional : alat
dalam menurunkan kerja napas.
|
2.
|
30/ 10 / 2012
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam masalah gangguan pertukaran gas sudah teratasi dengan
kriteria hasil :
·
pertukaran gas yang optimal selama terpasang WSD, dengan
kriteria standar : klien memiliki tanda–tanda vital RR 12 – 20 X/menit, suhu
363 – 37 3 0C, nadi 80 – 100 kali/ menit, keutuhanWSD terjaga, aliran
(udara/cairan) lancar, selang tidak ada obstruksi dan tidak terjadi sianosis
pada klien.
|
1.
Mandiri
·
Berikan pengertian prosedur tindakan WSD, kelancaran dan akibatnya.
Rasional : WSD
yang obstruksi akan selalu terkontrol karena klien dan keluarga kooperatif.
·
Periksa WSD lokasi insersi, selang drainage dan botol.
Rasional : Adanya kloting merupakan
tanda penyumbatan WSD yang berakibat paru kolaps.
·
Observasi tanda – tanda vital.
Rasional : Hipertemi, takikardi,
takipnea merupakan tanda – tanda ketidakoptimalan fungsi paru.
2.
Kolaborasi
·
Observasi AGD
Rasional : ketidaknormalan
AGD.
·
Berikan oksigen sesuai dengan indikasiyang diberikan dokter.
Rasional:dapat
membantu memperbaiki pertukaran gas.
|
3.
|
30/ 10 / 2012
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam masalah Nyeri
sudah teratasi dengan kriteria hasil :
-
Pasien tidak nyeri
-
Tidak merasa kesakitan akibat nyeri
|
1.
Mandiri
·
Menentukan karakteristik nyeri, misalnya tajam, ditusuk.
Rasional: nyeri trauma ada dalam beberapa
derajat.
·
Pantau tanda vital
Rasional : perubahan frekuensi jantung atau TD
menunjukan bahwa pasien mengalami nyeri.
·
Berikan tindakan nyaman, misalnya, relaksasi, latihan napas.
Rasional : dapat menghilangkan ketidaknyamanan dan
memperbesar efek terapi analgesik.
2. Kolaborasi
· Berikan analgesik sesuai indikasi.
Rasional : digunakan untuk menekan batuk non produktif,
meningkatkan rasa nyaman.
·
Berikan oksigen sesuai dengan indikasi yang diberikan dokter.
Rasional : pemberian oksigen dapat membantu
menghilangkan rasa nyeri.
|
4.
|
30/ 10 / 2012
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x60 menit masalah kurangnya
pengetahuan sudah
teratasi dengan kriteria hasil :
-
Pasien dapat menyatakan pemahaman
penyebab masalah.
-
Tidak terlihat cemas dan gelisah
-
Tidak terlihat ketakutan
|
1.
Mandiri
·
Kaji
patologi masalah individu
Rasional :
informasi menurunkan takut karena ketidaktahuan.
·
Kaji ulang praktik kesehatan
yang baik.
Rasional :
mempertahankan kesehatan umum meningkatkan penyembuhan dan dapat mencegah
kekambuhan.
|
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilyn E, 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman
untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Jakarta : EGC, 1999.
Carpenito, Lynda Juall, Buku
Saku Diagnosa Keperawatan, Jakarta : EGC, 1997.
www.google.com
artikelnya sangat bermanfaat sekali gan :D
BalasPadamhttp://obatalami21.com/obat-alami-pneumotoraks/