BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Penyakit TBC adalah merupakan suatu penyakit yang tergolong dalam infeksi
yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Penyakit TBC dapat
menyerang pada siapa saja tak terkecuali pria, wanita, tua, muda, kaya dan
miskin serta dimana saja. Di Indonesia khususnya, Penyakit ini terus berkembang
setiap tahunnya dan saat ini mencapai angka 250 juta kasus baru diantaranya
140.000 menyebabkan kematian. Bahkan Indonesia menduduki negara terbesar ketiga
didunia dalam masalah penyakit TBC ini.
Penyakit TBC disebabkan oleh
bakteri Mikobakterium tuberkulosa, Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat
tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA).
2.
Rumusan
Masalah
·
Apa Definisi TBC?
·
Bagaimana etiologi TBC?
·
Bagaimana patosiologi TBC?
·
Apa gejala-gejala TBC?
·
Bagaimana perawatan TBC?
·
Bagaimana langkah preventif yang
sudah dilakukan oleh warga masyarakat, terutama keluarga terhadap penyakit TBC?
3. Tujuan
Setelah mempelajari tentang angiografi diharapakan dapat :
·
Untuk menjelaskan definisi TBC
·
Untuk menjelaskan etiologi TBC
·
Untuk menjelasan patosiologi TBC
·
Untuk menjelaskan gejala-gejala
TBC
·
Untuk menjelaskan perawatan TBC
·
Untuk mengetahui langkah
preventif yang sudah dilakukan oleh warga masyarakat, terutama keluarga
terhadap penyakit TBC?
BAB II
TUBERCULOSIS
(TBC)
1. Definisi
Tuberculosis adalah penyakit yang disebabkan Mycobacterium tuberculosis
yang hampir seluruh organ tubuh dapat terserang olehnya, tapi yang paling
banyak adalah paru-paru (IPD, FK, UI).
Tuberculosis adalah penyakit infeksi
yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis dengan gejala yang sangat
bervariasi ( Mansjoer , 1999).
Penyakit
infeksi menular pada system pernapasan yang disebabkan oleh mycobakterium
tuberculosis yang dapat mengenai bagian paru (Hidayat, Aziz Alimul A, 2006)
Penyakit
infeksi menular yang disebabkan oleh mycobakterium tuberculosis (Price, Sylvia
Anderson, 2005)
Jadi, TBC adalah penyakit paru menular
yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis.
2. Etiologi
Penyebab
tuberculosis adalah mycobacterium tuberculosis, sejenis kuman berbentuk batang
dengan ukuran panjang 1-4/Um dan tebal 0,3-0,6/Um. Sepsis lain kuman ini yang
dapat memberikan infeksi bagi manusia adalah Mycobakterium bovis, mycobacterium
kansasii, mycobacterium intracellulare. Sebagian besar kuman terdiri dari asam
lemak (lipid).lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan
lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik.
Kuman
dapat tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat bertahan
bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karna kuman berada dalam sifat
dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan
tuberculosis aktif lagi. Didalam
jaringan, kuman hidup sebagai parasit intracellulare yakni dalam
sitoplasmamakrofek. Makrofek yang semula memfagositasi malah kemudian disenangi
Karena bayank mengandung lipid.
Sifat
lain kuman ini adalah aerob. Sifat ini menunjukan bahwa kuman lebih menyenangi
jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan oksigen pada
bagian apical paru-paru lebih tinggi dari pada bagian lain, sehingga bagian
apical ini merupakan tempat redileksi penyakit tuberculosis.
3. Patofisiologi
1. Tuberkulosis
Primer
Penularan tuberculosis paru terjadi karana
kuman dibatukkan atau dibersihkan keluar menjadi droplet nuclei dalam
udara.partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2jam,
tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang baik dan
kelembaban. Dalam suasana lembab dan gelap kuman dapat tahan berhari-hari sapai
berbulan-bulan.
Bila partikel infeksi ini hisap oleh orang
sehat, ia akan menempel pada jalan nafas atau paru-paru. Kebanyakan partikel
ini akan mati atau dibersihkan oleh makrofag keluar dari cabang trakeo-bronkial
berserta gerakan siliadengan sekretnya. Kuman dapat juga masuk melalui luka
pada kulit atau mukosa tapi hal ini sangat jarang terjadi.
Bila kuman menetap dijaringan paru, ia
bertumbuh dan berkembang baik dalam sitoplasma makrofag. Disisni ia akan
terbawa masuk keorgan tubuh lainnya. Kuman yang bersarang dijaringan paru-paru
akan membentuk sarang tuberculosis pneumonia kecil dan disebut sarang primer
ini dapat terjadi dibagian mana saja jaringan paru.
Dari sarang primer akan timbul peradangan
saluran getah bening menuju hilus (limfangitis local), dan juga diikuti
pembesaran kelenjar getah bening hilus (limfadenitis regional). Sarang primer +
limfadenitis local + limfadenitis regional =kompleks primer.
Kompleks
primer ini selanjutnya dapat menjadi:
1. Sembuh
sama sekali tanpa meninggalkan cacat
2. Sembuh
dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis-garis fibrotic, klasifikasi di
hilus atau kompleks (sarang) Ghon.
3. Berkomplikasi
dan menyebar secara:
a. Per
kontinuitatium , yakni menyebar kesekitarnya.
b. Secara
bronkogen pada paru yang bersangkutan maupun paru disebelahnya. Dapat juga
kuman tertelan bersama sputum dan ludah sehingga menyebar ke usus.
c. Secara
limfogen, keorgan tubuh lainnya.
d. Secara
hematogen, keorgan tubuh lainnya
Semua kejadian diatas
tergolong dalam perjalanan tuberculosis primer.
2. Tuberkulosis
Post-Primer
Kuman yang dormant pada tuberculosis primer akan muncul
betahun-tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberculosis dewasa
(tuberculosis post-primer). Tuberculosis post-primer ini mulai dengan sarang
dini yang berlokasi diregio atas paru-paru (bagian apical posterior lobus
superior atau inferior). Invasinya adalah kedaerah parenkim paru-paru dan tidak
kenodus hiler paru.
Serangan
dini ini mula-mula juga berbentuk sarangan pneumonia kecil. Dalam 3-10 minggu
sarang ini menjadi tuberkel yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel-sel
histiosit dan sel datia-langhans (sel besar dengan banyak inti) yang
dikelilingi oleh sel-sel limfisot dan bermacam-macam jaringan ikat.
Tergantung
dari jumlah kuman, vilurensinya dan imunitas penderita, sarang dini ini dapat
menjadi :
1. Diresorpsi
kembali dn sembuh tanpa meninggalkan cacat.
2. Sarang
yang mula-mula meluas, tetapi segera menyembuh dengan sebukan jaringan
fibrosis.
Ada yang membungkus diri
menjadi lebih keras, menimbulkan perkapuran dan akan sembuh dalam bentuk
perkapuran.
3. Sarang
dini yang meluas dimana granuloma berkembang menghancurkan jaringan sekitarnya
dan bagian tengahnya mengalami nekrosis, dan menjadi lembek membentuk jaringan
keju. Bila jaringan keju dibatukan keluar akan terjadilah kavitas. Kavitas ini
mula-mula berdinding tipis, lama-lama dindingnya menebal karena infiltrasi
jaringan fibronlas dalam jumlah besar, sehingga menjadi kavitas sklerotik.
Kavitas dapat :
a. Meluas
kembali dan menimbulkan sarang pneumonia baru. Sarang ini selanjutnya mengikiti
perjalanan sepertinya yang disebutkan terdahulu.
b. Memadat
dan membungkus diri sehingga menjadi tiberkuloma. Tuberkuloma ini dapat
mengapur dan menyembuh atau dapat aktif kembali menjadi cairan dan jadi
kavitasi lagi.
c. Bersih
dan menyembuh, disebut open healed cavity. Dapat juga menyembuh dengan membukus
diri dan menjadi kecil. Kadang-kadang berakhir sebagai kavitas yang terbungkus,
menciut, dan terbentuk seperti bintang, disebut stellate shaped.
Secara
keseluruhan akan terdapat 3macam sarang yakni
:
1. Sarang
yang sudah sembuh. Sarang berbentuk ini tidak perlu pengobatan lagi.
2. Sarang
aktif eksudatif. Sarang bentuk ini perlu pengobatan yang lengkap dan sempurna.
3. Sarang yang berada antara aktif dan sembuh.
Sarang bentuk ini dapat
sembuh spontan, tapi meningat kemungkinan terjadinya eksaserbasi kembali,
sebaliknya diberi pengobatan yang sempurna juga.
PATHWAY TUBERCULOSIS
4. Klasifikasi
Tuberkulosis
Sampai
sekarang belum ada kesepakatan diantara para klinikus, ahli radiologi, ahli
patologi, mikrobiologi, dan ahli kesehatan masyarakattentang keseragaman
klasifikasi tuberculosis seperti :
1. - Tuberculosis primer (childhood tuberkolusis
-
Tubekulosis post-primer (adult tuberculosis).
2. Tuberkulosis
paru (Koch Pulmonum) aktif, non aktif dan quiescent.
3. - Tuberculosis Minimal.
Terdapat bagian kecil
infiltrasi non kavitas pada satu paru maupun kedua paru, tapi jumlahnya tidak
melebihi satu lobus paru.
-
Moderately advanced tuberculosis
Ada kavitas dengan diameter
tidak lebih dari 4cm. jumlah infiltrasi bayangan halus tidak lebih dari satu
bagian paru. Bila bayangannya kasar sepertiga bagian satu paru.
-
Far advanced tuberculosis
Terdapat infiltrasi dan
kavitas yang melebihi keadaan pada moderately advanced tuberculosis.
Klasifikasi
tersebut diatas masing-masing lebih dititik beratkan pada bidang
patologi,mikrobiologi dan radiologi. Pada tahun 1974 America Thoracis Society
memberikan klasifikasi kesehatan masyarakat.
-
Kategori 0 : tidak pernah terpapar, dan tidak
terinfesksi. Riwayat kontak negative, tes tuberculin negative.
-
Kategori I : terpapar tuberculosis, tapi
tidak terbukti ada infeksi. Disini riwayat kontak positif, tes tuberkulin
positif, radiologis dan sputum negative.
-
Kategori II : terinfeksi tuberculosis, tapi
tidak sakit. Tes tuberculin positif, radiologis dan sputum negatif.
-
Kategori III : terinfeksi tuberculosis dan
sakit.
Diindonesia
klasifikasi yang banyak dipakai adalah :
Ø Tuberculosis
paru.
Ø Bekas
tuberculosis paru
Ø Tuberculosis
paru tersangka, yang terbagi dalam :
a. Tuberkulosisi
paru tersangka yang diobati.
Disini sputum BTA negatif
tapi tanda-tanda lain positif.
b. Tuberculosis
paru tersangka yang tidak diobati.
Disini sputum BTA negatn
tanda-tanda lain juga meragukan.
Dalam klasifikasi ini perlu
dicantumkan :
-
Status bakterilogis
mikroskopik sputum BTA
(langsung).
Biakan sputum BTA
-
Status radiologik , kelainan yang relevan
untuk tuberculosis paru.
-
Status kemoterapi, riwayat pengobatan dengan
obat anti tuberculosis.
5. Manifestasi Klinis
Keluhan yang dirasakan
penderita tuberculosis dapat bermacam – macam atau malah tanpa keluhan sama
sekali.
Keluhan yang terbanyak
adalah :
1) Demam
Biasanya
subfebril menyerupai demam influenza. Tapi kadang – kadang panas badan dapat
mencapai 40-41Oc Serangan demam pertama dapat tumbuh kembali, begitulah seterusnya
hilang timbulnya demam influenza ini. Sehingga penderita merasa tidak pernah
terbebas dari serangan demam influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi daya
tahan tubuh penderita dan berat ringannya infeksi kuman tuberkulosisi yang
masuk .
2) Batuk
Gejala
ini banyak ditemukan. Batuk terjadi karena adanya iritasi bronkus. Batuk ini
diperlukan untuk membaung produk-produk radang keluar. Karena terlibatnya
bronkus pada setiap penyakit tidak sama, mungkin saja batuk baru ada setelah
penyakit berkembang dalam jaringan paru
yakni setelah berminggu – minggu atau berbulan
- bulan peradangan bermula. Sifat batuk ini dimulai dari batuk kering (
non- produktif ) kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif (
menghasilkan sputum ). Keadaan yang lanjut adalah batuk darah ( hemoptoe) karena terdapat
pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada tuberculosis terjadi
pada kavitas, tapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus
3) Sesak
nafas.
Pada
penyakit yang ringan (baru tumbuh)belum dirasakan sesak nafas. Sesak nafas akan
ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, dimana infiltrasinya Udah setengah
bagian paru-paru.
4) Nyeri
dada.
Gejala
ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah
sampai kepleura sehingga menimbulkan pleritis.
5) Malaise.
Penyakit
tuberculosis bersifatb radang yang menahun. Gejala malaise sering ditemukan
berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, badan makin kurus (berat badan turun),
sakit kepala, meriang, nyeri otot, keingat malam dll. Gejala malaise ini makin
berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.
6.
Pemeriksaan
Fisik
Pemeriksaan fisik penderita
sering tidak menunjukan suatu kelainan pun terutama pada kasus-kasus yang dini
atau yang sudah terinfiltarassi secara asimtomatik. Demikian juga bila sarang
penyakit terletak didalam, aakan sulit menemukan kelinan pada pemeriksaan
fisik, karena hantaran getaran yang lebih dari 4cm dalam paru sulit dinilai
secara palpasi, perkusi, dan auskultasi.
Tempat kelainan yang paling
dicurigai adalah abagian apekx(puncak)paru. bila dicurigai adanya infiltrasi
yang agak luas, didapatkan perkusi yang redup dan auskultasi suara nafas yang
bronchial. Akan didapatkan juga suara nafas tambahan berupa ronki basah kasar
dan nyaring. Tetapi biloa infiltarsi ini diliputi oleh penebalan pleura suara
nafasnya menjadi vesicular melemah. Bila terdapat kavitas yang cukup besar.
Perkusi member suara hipersonor atau timpani dan auskultasi memberi suara
amforik.
Pada tuberculosis paru yang
lanjut dengan fibrosis yang luas sering ditemukan atrofi dan retraksi otot-otot
interkostal. Bagian paru yang sakit jadi menciut dan menarik isi mediastinum
atau paru lainnya. Paru yang sehat menjadi lebih hiperinflasi. Bila jaringan
fibrotic amat luas yakni lebih dari setengah jumlah jaringan
paru-paru.→meningkatnya tekanan arteri pulmonalis (hipertensi pulmonal)→terjadi
cor pulmonal→gagal jantung kanan. Disini akan didapatkan tanda-tanda cor
pulmonal dengan gagal jantung kanan seperti : takipnea, takikardi, sianosis,
right ventricular lift, ringt atrial gallop, graham-steel murmur, bunyi P2 yang
mengeras, tekanan vena jugularis,yang meningkat, hepatomegali, asites, dan
edema.
Bila tuberculosis mengenai
pleura sering terbentuk efusi pleura, paru yang sakit terlihat agak tertinggal
didalam pernafasan. Perkusi memberikan suara pekak. Auskultasi memberikan suara
nafas yang lemah sampai tidak terdengar sama sekali.
7. Pemeriksaan Diagnostik
a.
Pemeriksaan
Laboratorium
-
Kultur
Sputum : Positif untuk Mycobacterium tuberculosis pada tahap aktif penyakit
-
Ziehl-Neelsen
(pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan darah) : Positif
untuk basil asam-cepat.
-
Tes
kulit (Mantoux, potongan Vollmer) : Reaksi positif (area indurasi 10 mm atau
lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah injeksi intradcrmal antigen) menunjukkan
infeksi masa lalu dan adanya antibodi tetapi tidak secara berarti menunjukkan
penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien yang secara klinik sakit berarti
bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan atau infeksi disebabkan oleh
mikobakterium yang berbeda.
-
Anemia
bila penyakit berjalan menahun
-
Leukosit
ringan dengan predominasi limfosit
-
LED
meningkat terutama pada fase akut umumnya nilai tersebut kembali normal pada
tahap penyembuhan.
-
GDA
: mungkin abnormal, tergantung lokasi, berat dan sisa kerusakan paru.
-
Biopsi
jarum pada jaringan paru : Positif untuk granuloma TB; adanya sel raksasa
menunjukkan nekrosis.
-
Elektrolit
: Dapat tak normal tergantung pada lokasi dan beratnya infeksi; contoh
hiponatremia disebabkan oleh tak normalnya retensi air dapat ditemukan pada TB
paru kronis luas.
b.
Radiologi
-
Foto
thorax : Infiltrasi lesi awal pada area paru atas simpanan kalsium lesi sembuh
primer atau efusi cairan perubahan menunjukan lebih luas TB dapat termasuk
rongga akan fibrosa. Perubahan mengindikasikanTB yang lebih berat dapat
mencakup area berlubang dan fibrous. Pada foto thorax tampak pada sisi yang
sakit bayangan hitam dan diafragma menonjol ke atas.
-
Bronchografi
: merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan bronchus atau kerusakan
paru karena TB.
-
Gambaran
radiologi lain yang sering menyertai TBC adalah penebalan pleura, efusi
pleura atau empisema, penumothoraks (bayangan hitam radio lusen dipinggir paru
atau pleura).
c.
Pemeriksaan
fungsi paru
Penurunan kualitas vital,
peningkatan ruang mati, peningkatan rasio udara residu: kapasitas paru total
dan penurunan saturasi oksigen
sekunder terhadap infiltrasi parenkim/fibrosis, kehilangan jaringan paru dan
penyakit pleural.
TES TUBERKULIN
(TEST MANTOUX)
Uji tuberkulin (tuberculin skin test/TST)
merupakan alat diagnostik yang sampai saat ini mempunyai sensitivitas dan
spesifisitas cukup tinggi untuk mendiagnosis adanya infeksi tuberkulosis.
Pertama kali Robert Koch membuat filtrat dari kultur Mycobacterium tuberculosis
dengan tujuan sebagai terapi. Pada penerapannya, tenyata pemberian tuberkulin
yang bertujuan menyembuhkan menimbulkan reaksi sistemik seperti demam, nyeri
otot, mual dan muntah sedangkan mereka yang tidak sakit tidak menunjukkan
reaksi tersebut. Akhirnya pada perkembangannya tuberkulin digunakan sebagai
alat diagnostik dengan mengaplikasikannya secara lokal untuk mencegah reaksi
sistemik.
Test mantoux adalah suatu
cara yang digunakan untuk mendiagnosis TBC. Tes mantoux itu dilakukan dengan
menyuntikan suatu protein yang berasal dari kuman TBC sebanyak 0,1ml dengan
jarum kecil di bawah lapisan atas kulit lengan bawah kiri.
Tujuan
Tujuan dari tes
mantoux ini adalah sebagai salah satu cara untuk mendiagnosis infeksi
TBC. Kenapa salah satu? Karena
ternyata tidak mudah untuk mendiagnosis TBC sehingga perlu banyak faktor untuk
mengetahui pasti bahwa seseorang memang terinfeksi TBC dan harus menjalani
pengobatan. Hasil tes Mantoux saja tidak bisa digunakan untuk menegakkan
diagnosis karena kadang hasil tes ini memberikan hasil negatif palsu atau
positif palsu. Hasil pemeriksaan tes mantoux ini harus didukung dengan keluhan,
pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan laboratorium yang ada.
Lokasi dan cara penyuntikan Test
Mantoux
Lokasi
penyuntikan tes mantoux umumnya adalah pertengahan bagian atas, lengan bawah
kiri bagian depan. Penyuntikan dilakukan intrakutan (ke dalam kulit).
Cara melakukan uji tuberkulin
metode mantoux (Tes Mantoux)
1.
Siapkan 0,1 ml PPD ke dalam
disposable spuit ukuran 1 ml (3/8 inch 26-27 gauge)
2.
Bersihkan permukaan lengan volar
lengan bawah menggunakan alcohol pada daerah 2-3 inch di bawah lipatan siku dan
biarkan mengering
3.
Suntikkan PPD secara intrakutan
dengan lubang jarum mengarah ke atas. Suntikan yang benar akan menghasilkan
benjolan pucat, pori-pori tampak jelas seperti kulit jeruk, berdiameter 6-10 mm
4.
Apabila penyuntikan tidak
berhasil (terlalu dalam atau cairan terbuang keluar) ulangi suntikan pada
tempat lain di permukaan volar dengan jarak minimal 4 cm dari suntikan pertama.
5.
Jangan lupa mencatat lokasi
suntikan yang berhasil tersebut pada rekam medis agar tidak tertukar saat
pembacaan. Tidak perlu melingkari benjolan dengan pulpen/spidol karena dapat
mengganggu hasil pembacaan.
8. Penatalaksanaan Medis
a.
Farmakologi
Terdapat 2 macam sifat/aktivitas
obat terhadap tuberculosis , yaitu sebagai berikut:
- Aktivitas bakterisid
Disini obat bersifat membunuh
kuman-kuman yang sedang tumbuh (metabolismenya masih aktif). Aktivitas
bakteriosid biasanya diukur dengan kecepataan obat tersebut membunuh atau
melenyapkan kuman sehingga pada pembiakan akan didapatkan hasil yang negatif (2
bulan dari permulaan pengobatan).
- Aktivitas sterilisasi
Disini obat bersifat membunuh
kuman-kuman yang pertumbuhannya lambat (metabolismenya kurang aktif). Aktivitas
sterilisasi diukur dari angka kekambuhan setelah pengobatan dihentikan.
Pengobatan penyakit Tuberculosis
dahulu hanya dipakai satu macam obat saja. Kenyataan dengan pemakaian obat
tunggal ini banyak terjadi resistensi. Untuk mencegah terjadinya resistensi
ini, terapi tuberculosis dilskukan dengan memakai perpaduan obat, sedikitnya
diberikan 2 macam obat yang bersifat bakterisid. Dengan memakai perpaduan obat
ini, kemungkinan resistensi awal dapat diabaikan karena jarang ditemukan
resistensi terhadap 2 macam obat atau lebih serta pola resistensi yang
terbanyak ditemukan ialah INH
b.
Penyuluhan
c.
Pencegahan
d.
Pemberian
obat-obatan
-
OAT
(obat anti tuberculosis)
Obat
|
Dosis harian
(mg/kgBB/hari)
|
Dosis 2x/minggu
(mg/kgBB/hari)
|
Dosis 3x/minggu
(mg/kgBB/hari)
|
INH
|
5-15 (maksimal 300 mg)
|
15-40 (maksimal 900 mg)
|
15-40
(maksimal 900 mg)
|
Rifampisin
|
10-20 (maksimal 600 mg)
|
10-20 (maksimal 600 mg)
|
15-20
(maksimal 600 mg)
|
Pirazinamid
|
15-40 (maksimal 2 gr)
|
50-70 (maksimal 2 gr)
|
15-30
(maksimal 2 gr)
|
Etambutol
|
15-25 (maksimal 2,5 gr)
|
50 (maksimal 2,5 gr)
|
15-25
(maksimal 2,5 gr)
|
Streptomisin
|
15-40 (maksimal 1 gr)
|
25-40 (maksimal 1,5 gr)
|
25-40
(maksimal 1,5 gr)
|
-
Bronchodilator
-
Ekspectoran
-
OBH
(obat batuk hitam)
-
Vitamin
e.
Fisioterapi
dan rehabilitasi
f.
Konsultasi
secara teratur.
ASUHAN KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
DATA SUBJEKTIF
|
DATA OBJEKTIF
|
Pasien mengeluh demam ringan (meriang)
Pasien mengeluh badan terasa letih
Pasien mengeluh anoreksia
Pasien mengeluh berat badan menurun
Pasien mengeluh keringat malam hari
Pasien mengeluh batuk menetap disertai darah
Pasien mengatakan tempat tinggal nya tergolong kumuh,
ventilasi dan pencahayaan kurang
|
|
Data yang perlu dikaji :
1.
Aktivitas/istirahat:
Subjektif:
a.
Kelelahan umum dan kelemahan
b. Dispnea saat kerja maupun istirahat
c. Kesulitan tidur pada malam hari atau demam pada malam hari, menggigil dan
atau berkeringat
d. Mimpi buruk
Objektif:
a.
Takikardia, takipnea/dispnea pada
saat kerja
b. Kelelahan otot, nyeri, sesak (tahap lanjut)
2. Sirkulasi
Subjektif:
Palpitasi
Objektif:
a.
Takikardia, disritmia
b.
Adanya S3 dan S4, bunyi gallop
(gagal jantung akibat effusi)
c.
Nadi apikal (PMI) berpindah oleh
adanya penyimpangan mediastinal
d.
Tanda Homman (bunyi rendah denyut
jantung akibat adanya udara dalam mediatinum)
e.
TD: hipertensi/hipotensi
f.
Distensi vena jugularis
3. Integritas ego:
Subjektif:
a.
Gejala-gejala stres yang
berhubungan lamanya perjalanan penyakit, masalah keuangan, perasaan tidak
berdaya/putus asa, menurunnya produktivitas.
Objektif:
a.
Menyangkal (khususnya pada tahap
dini)
b.
Ansietas, ketakutan, gelisah,
iritabel.
c.
Perhatian menurun, perubahan
mental (tahap lanjut)
4. Makanan dan cairan
Subjektif:
a.
Kehilangan napsu makan
b.
Penurunan berat badan
Objektif:
a.
Turgor kulit buruk, kering,
bersisik
b.
Kehilangan massa otot, kehilangan
lemak subkutan
5. Nyeri dan Kenyamanan:
Subjektif:
a.
Nyeri dada meningkat karena
pernapsan, batuk berulang
b.
Nyeri tajam/menusuk diperberat
oleh napas dalam, mungkin menyebar ke bahu, leher atau abdomen.
Objektif:
a.
Berhati-hati pada area yang
sakit, perilaku distraksi, gelisah.
6. Pernapasan:
Subjektif:
a.
Batuk (produktif atau tidak
produktif)
b.
Napas pendek
c.
Riwayat terpajan tuberkulosis
dengan individu terinfeksi
Objektif:
a.
Peningkatan frekuensi pernapasan
b.
Peningkatan kerja napas,
penggunaan otot aksesori pernapasan pada dada, leher, retraksi interkostal,
ekspirasi abdominal kuat
c.
Pengembangan dada tidak simetris
d.
Perkusi pekak dan penurunan
fremitus, pada pneumothorax perkusi hiperresonan di atas area yang telibat.
e.
Bunyi napas menurun/tidak ada
secara bilateral atau unilateral
f.
Bunyi napas tubuler atau pektoral
di atas lesi
g.
Crackles di atas apeks paru
selama inspirasi cepat setelah batuk pendek (crackels posttussive)
h.
Karakteristik sputum hijau
purulen, mukoid kuning atau bercak darah
i.
Deviasi trakeal
7. Keamanan
Subjektif:
Kondisi penurunan imunitas secara
umum memudahkan infeksi sekunder.
Objektif:
Demam ringan atau demam akut.
8. Interaksi Sosial
Subjektif:
a.
Perasaan terisolasi/penolakan
karena penyakit menular
b.
Perubahan aktivitas sehari-hari
karena perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran
c.
Penyuluhan/pembelajaran
Objektif:
a.
Riwayat keluarga TB
b.
Ketidakmampuan umum/status
kesehatan buruk
c.
Gagal untuk membaik/kambuhnya TB
d.
Tidak berpartisipasi dalam
terapi.
2.
Diagnosa Keperawatan
DATA FOKUS
|
PROBLEM
|
ETIOLOGI
|
DS :
Pasien mengeluh batuk disertai darah
Timbul keluhan sesak napas
Timbul keluhan adanya sekret di
saluran napas
DO :
Suara napas abnormal (ronchi, rales, wheezing)
Frekuensi napas : >20x/menit
Dispnea
|
Bersihan jalan napas tidak efektif
|
Penumpukan sekret
|
DS :
Pasien mengeluh badan terasa letih
Pasien mengeluh anoreksia
Pasien mengeluh berat badan menurun
Pasien mengatakan tidak napsu makan.
Pasien mengatakan makanan yang disediakan tidak habis.
DO :
Adanya sisa makanan dalam tempat makan pasien (makan
kurang dari porsi yang dianjurkan)
Adanya penurunan berat badan.
Penurunan laboratorium darah (albuminemia)
|
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
|
Perasaan mual
Batuk produktif
|
Subjektif :
Kelelahan
umum dan kelemahan
Dispnea saat
kerja maupun istirahat
Kesulitan
tidur pada malam hari atau demam pada malam hari, menggigil dan atau
berkeringat
Mimpi buruk
Objektif:
Takikardia,
takipnea/dispnea pada saat kerja
Kelelahan
otot, nyeri, sesak (tahap lanjut)
|
Intoleransi aktivitas
|
Keletihan / kelamahan
|
DS :
Pasien mengatakan tempat tinggal nya tergolong kumuh,
ventilasi dan pencahayaan kurang
DO :
Rumah tinggal pasien kumuh
|
Resiko
penyebaran infeksi
|
Paparan lingkungan
|
DS :
Pasien mengatakan sudah sejak lama mengalami gejala
ini,
Tidak mempunyai biaya sehingga tidak berobat.
DO :
|
Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan tindakan dan pencegahan
|
Tidak
akurat dan tidak lengkap informasi
yang ada
|
3.
Intervensi
Dx
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
1. Mengkaji fungsi respirasi antara lain suara, jumlah
irama dan kedalaman napas serta catat juga mengenai otot napas tambahan.
2. Mencatat kemampuan untuk mengeluarkan sekret / batuk
secara efektif.
3. Mengatur posisi tidur semi atau high fowler.
4. Membantu pasien untuk batuk secara efektif dan menarik
napas dalam.
5. Memebrikan minum kurang lebih 2500 ml/hai, menganjurkan
untuk minum dalam kondisi hangat jika tidak ada kontraindikasi.
6. Meberikan O2 udara inspirasi yang lembap
7. Memberikan pengobatan atas indikasi :
-
Agen
mukolitik : Acetylcistein
-
Bronkodilator
: Theophyline, Oxtriphyline
-
Kortikosteroid
: Dexamethasone
8. Memberikan agen anti infeksi:
-
Obat
primer : Isoniazid, Ethambutol, Rifampin
-
Pyrazinamide,
Para Amino Salicilic, Steptomycin
9. Monitor pemeriksaan laboratorium (sputum)
|
1. Adanya perubahan fungsi respirasi dan penggunaan otot
tambahan menandakan kondisi penyakit yang masih dalam kondisi penanganan
penuh.
2. Ketidakmampuan mengeluarkan sekret menjadikan timbulnya
penumpukan sekret berlebihan pada saluran pernapasan
3. Posisi semi/ high fowler memberikan kesempatan
paru-paru berkembang secara maksimal akibat diafragma turun ke bawah.
4. Batuk efektif mempermudah ekspektorasi mukus.
5. Air digunakan untuk menggantikan keseimbangan ccairaan
tubuh akibat cairan banyak keluar melalui pernapsan. Air hangat juga
mempermudah pengenceran sekret melalui proses konduksi yang mengakibatkan
arteri pada area sekitar leher vasodilatasi dan mempermudah cairan dalam
pembuluh darah dapat diikat oleh mukus sekret.
6. Berfungsi menungkatkan kadar tekanan parcial O2 dan
saturasi O2 dalam darah
7. Berfungsi untuk mengencerkan dahak
Meningkatkan /
memperlebar saluran udara
8. Mempertebal dinding saluran udara (bronkus)
9. Menurunnya keaktifan dari mikroorganisme akan
menurunkan respons inflamasi sehingga akan berefek pada berkurangnya
produkesi sekret.
|
2
|
1. Mendokumentasikan
status nutrisi pasien, serta mencatat turgor kulit, berat badan saat ini,
tingkat kehilangan berat badan, integritas mukosa mulut, tonus perut dan
riwayat nausea/vomit atau diare.
Memonitor intake dan output dan berat badan secara terjadwal.
2.
Memberikan oral care sebelum dan sesudah pentalaksaan
respiratori
3.
Menganjurkan makan sedikit, tapi sering dengan diet
TKTP (Tinggi Kalori Tinggi Protein)
4.
Menganjurkan keluarga untuk membawa maknaan dari rumah
terutama yang disukai oleh pasien dan kemudian makan bersama pasien jika
tidak ada kontraindikasi.
5.
Menganjurkan kepada ahli gizi untuk menentukan kompisisi
diet
6.
Memonitor pemeriksaan laboratorium : BUN, serum
protein, dan albumin.
7.
Memberikan vitamin sesuai indikasi
|
1.
Menjadi data fokus untuk menentukan rencana tindakan
selanjutnya.
2.
Meningkatkan kenyamanan daeerah mulut sehingga akan
meningkatkan perasaan nafsu makan.
3.
Meningkatkan intkae makanan dan nutrisi pasien,
terutama kadar protein tinggi yang dapat meningkatkan mekanisme tubuh dalam
proses penyembuhan.
4.
Merangsang pasien untuk bersedia meningkatkan intake
makanan yang berfungsi sebagai sumber energi bagi penyembuhan.
5.
Menentukan kebutuhna nutrisi yang tepat bagi pasien
6.
Mengontrol keefektifan tindakan terutama dengan kadar
protein darah
7.
Meningkatkan kompisisi tubuh akan kebutuhan vitamin dan
napsu makan pasien.
|
3
|
1. Jelaskan
aktivitas dan faktor yang meningkatkan kebutuhan oksigen
2. Seperti
merokok. suhu sangat ekstrim, berat badan kelebihan, stress.
3. Secara
bertahap tingkatan aktivitas harian klien sesuai peningkatan toleransi.
4. Memberikan
dukungan emosional dan semangat
5. Setelah
aktivitas kaji respon abnormal untuk meningkatkan aktivitas.
|
1. Merokok,
suhu ekstrim dan stress menyebabkan vasokastriksi yang meningkatkan beban kerja jantung dan
kebutuhan oksigen, berat badan berlebihan, meningkatkan tahapan perifer yang
juga meningkatkan beban kerja jantung.
2. Mempertahankan
pernafasan lambat, sedang dan latihan yang diawasi memperbaiki kekuatan otot
asesori dan fungsi pernafasan.
3. Rasa
takut terhadap kesulitan bernafas dapat menghambat peningkatan aktivitas.
4. Intoleransi
aktivitas dapat dikaji dengan mengevaluasi jantung sirkulasi dan status
pernafasan setelah beraktivitas.
|
4
|
1.
Mengkaji
patologi penyakit (fase aktif dan inaktif) dan potensial penyebaran infeksi
melalui airbone droplet selama batuk, bersin, meludah, berbicara, tertawa,
dll
2.
Mengidentifikasi
resiko penularan terhadap orang lain seperti anggota keluarga dan teman dekat
3.
Menganjurkan
penggunaan tissue untuk membuang sputum. Mereview pentingnya mengontrol
infeksi, misalnya dengan menggunakan masker.
4.
Memonitor
suhu sesuai indikasi.
|
1.
Untuk
mengetahui kondisi nyata dari masalah pasien fase inaktif tidak berarti tubuh
pasien sudah terbebas dari kuman tuberkulosis.
2.
Mengurangi
reisiko anggota kelurga untuk tertular dengna penyakit yang sama dengna
pasien.
3.
Penyimpanan
sputum pada wadah yang terinfeksi dan penggunaan masker dapat meminimalkan
penyebaran infeksi melalui droplet.
4.
Peningkatan
suhu menandakan terjadinya infkesi sekunder.
|
5
|
6.
Kaji
kemampuan pasien untuk belajar
7.
Identifikasi
gejala yang harus dilaporkan ke perawat
8.
Berikan
instruksi dan infromasi tertulis
9.
Anjurkan
klien untuk tidak merokok\
10. Kaji bagaimana TB ditularkan
|
1.
Belajar
tergantung pada emosi dan kesiapan fisik dan ditingkatkan pada tahapan
inndividu
2.
Dapat
menunjukkan kemajuan atau pengaktifan ulang penyakit atau efek obat yang
memelukan evaluasi lanjut
3.
Informasi
tertulis menurunkan hambatan pasien untuk mengingat sejumlah besar informasi
4.
Meskipun
merokok tidak merangsang berulangnya TB tetapi meningkatkan dsifungsi
pernapasan
5.
Untuk
mengatahui bagaimana proses penularan
|
BAB III
PENUTUP
Penyakit
TBC adalah merupakan suatu penyakit yang tergolong dalam infeksi yang
disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Penyakit TBC dapat menyerang
pada siapa saja tak terkecuali pria, wanita, tua, muda, kaya dan serta dimana
saja. Cara penularan nya pun mudah, penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersihkan.
Pengobatan
tuberkulosis terutama pada pemberian obat antimikroba dalam jangka waktu yang
lama. Obat-obat dapat juga digunakan untuk mencegah timbulnya penyakit klinis
pada seseorang yang sudah terjangkit infeksi. Penderita tuberkulosis dengan
gejala klinis harus mendapat minuman dua obat untuk mencegah timbulnya strain
yang resisten terhadap obat
DAFTAR PUSTAKA
Doenges E, Marilynn, dkk.
(1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perancanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC
Long, B C. (1996). Perawatan
Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan) Jilid 3. Bandung : Yayasan
Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan
Price, Sylvia A dan Lorraine
M Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Kllinis Proses-proses Penyakit. Edisi 4.
Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C
dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Edisi 8. Jakarta
Wah bermanfaaat sob... Sedikit share ajah > Tb itu hari ini bisa terobati gak kaya orang tua dulu kata kalo org kena TB pasti kois seberapapun obat yg dibeli gak manjur karena belum ada obat antibiotik yg efektif waktu itu. MDR-TB pun sekarang masih bisa terobati, ini terbukti dari Hasil pengobatan (TB-MDR) di Poliklinik Paru RSUP Persahabatan menunjukan 32 (34,5%) putus TB-MDR, dan pasien TB-MDR yang sembuh didapatkan 2 (2,1%), sehingga sebenarnya jika disiplin obat maka kemungkinan untuk sembuh total masih bisa. dari situ ternyata ada harapan semua org Tb baik gol lini 1 dan 2 semua bisa terobati. jangan cemas.. Good LUCk
BalasPadamKunbalnya juga njeeh > http://inirahasiahamil.blogspot.com/2014/05/peduli-penyakit-tb.html atau Masyarakat peduli TB