Selasa, 22 Oktober 2013

TUBERCULOSIS (TBC)

BAB I
PENDAHULUAN
1.     Latar Belakang
          Penyakit TBC adalah merupakan suatu penyakit yang tergolong dalam infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Penyakit TBC dapat menyerang pada siapa saja tak terkecuali pria, wanita, tua, muda, kaya dan miskin serta dimana saja. Di Indonesia khususnya, Penyakit ini terus berkembang setiap tahunnya dan saat ini mencapai angka 250 juta kasus baru diantaranya 140.000 menyebabkan kematian. Bahkan Indonesia menduduki negara terbesar ketiga didunia dalam masalah penyakit TBC ini.
          Penyakit TBC disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa, Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA).

2.     Rumusan Masalah
·       Apa Definisi TBC?
·       Bagaimana etiologi TBC?
·       Bagaimana patosiologi TBC?
·       Apa gejala-gejala TBC?
·       Bagaimana perawatan TBC?
·       Bagaimana langkah preventif yang sudah dilakukan oleh warga masyarakat, terutama keluarga terhadap penyakit TBC?

3.     Tujuan
Setelah mempelajari tentang angiografi diharapakan dapat :
·       Untuk menjelaskan definisi TBC
·       Untuk menjelaskan etiologi TBC
·       Untuk menjelasan patosiologi TBC
·       Untuk menjelaskan gejala-gejala TBC
·       Untuk menjelaskan perawatan TBC
·       Untuk mengetahui langkah preventif yang sudah dilakukan oleh warga masyarakat, terutama keluarga terhadap penyakit TBC?
BAB II
TUBERCULOSIS (TBC)
1.   Definisi

      Tuberculosis adalah penyakit yang disebabkan Mycobacterium tuberculosis yang hampir seluruh organ tubuh dapat terserang olehnya, tapi yang paling banyak adalah paru-paru (IPD, FK, UI).
      Tuberculosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi ( Mansjoer , 1999).
      Penyakit infeksi menular pada system pernapasan yang disebabkan oleh mycobakterium tuberculosis yang dapat mengenai bagian paru (Hidayat, Aziz Alimul A, 2006)
      Penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh mycobakterium tuberculosis (Price, Sylvia Anderson, 2005)
      Jadi, TBC adalah penyakit paru menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis.

2.   Etiologi
     Penyebab tuberculosis adalah mycobacterium tuberculosis, sejenis kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/Um dan tebal 0,3-0,6/Um. Sepsis lain kuman ini yang dapat memberikan infeksi bagi manusia adalah Mycobakterium bovis, mycobacterium kansasii, mycobacterium intracellulare. Sebagian besar kuman terdiri dari asam lemak (lipid).lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik.
     Kuman dapat tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat bertahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karna kuman berada dalam sifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan tuberculosis aktif lagi. Didalam jaringan, kuman hidup sebagai parasit intracellulare yakni dalam sitoplasmamakrofek. Makrofek yang semula memfagositasi malah kemudian disenangi Karena bayank mengandung lipid.
     Sifat lain kuman ini adalah aerob. Sifat ini menunjukan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan oksigen pada bagian apical paru-paru lebih tinggi dari pada bagian lain, sehingga bagian apical ini merupakan tempat redileksi penyakit tuberculosis.
3.   Patofisiologi
1.     Tuberkulosis Primer
Penularan tuberculosis paru terjadi karana kuman dibatukkan atau dibersihkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara.partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2jam, tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang baik dan kelembaban. Dalam suasana lembab dan gelap kuman dapat tahan berhari-hari sapai berbulan-bulan.
Bila partikel infeksi ini hisap oleh orang sehat, ia akan menempel pada jalan nafas atau paru-paru. Kebanyakan partikel ini akan mati atau dibersihkan oleh makrofag keluar dari cabang trakeo-bronkial berserta gerakan siliadengan sekretnya. Kuman dapat juga masuk melalui luka pada kulit atau mukosa tapi hal ini sangat jarang terjadi.
Bila kuman menetap dijaringan paru, ia bertumbuh dan berkembang baik dalam sitoplasma makrofag. Disisni ia akan terbawa masuk keorgan tubuh lainnya. Kuman yang bersarang dijaringan paru-paru akan membentuk sarang tuberculosis pneumonia kecil dan disebut sarang primer ini dapat terjadi dibagian mana saja jaringan paru.
Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus (limfangitis local), dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening hilus (limfadenitis regional). Sarang primer + limfadenitis local + limfadenitis regional =kompleks primer.
Kompleks primer ini selanjutnya dapat menjadi:
1.     Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat
2.     Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis-garis fibrotic, klasifikasi di hilus atau kompleks (sarang) Ghon.
3.     Berkomplikasi dan menyebar secara:
a.     Per kontinuitatium , yakni menyebar kesekitarnya.
b.     Secara bronkogen pada paru yang bersangkutan maupun paru disebelahnya. Dapat juga kuman tertelan bersama sputum dan ludah sehingga menyebar ke usus.
c.     Secara limfogen, keorgan tubuh lainnya.
d.     Secara hematogen, keorgan tubuh lainnya
Semua kejadian diatas tergolong dalam perjalanan tuberculosis primer.

2.     Tuberkulosis Post-Primer

Kuman yang dormant pada tuberculosis primer akan muncul betahun-tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberculosis dewasa (tuberculosis post-primer). Tuberculosis post-primer ini mulai dengan sarang dini yang berlokasi diregio atas paru-paru (bagian apical posterior lobus superior atau inferior). Invasinya adalah kedaerah parenkim paru-paru dan tidak kenodus hiler paru.
         
          Serangan dini ini mula-mula juga berbentuk sarangan pneumonia kecil. Dalam 3-10 minggu sarang ini menjadi tuberkel yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel-sel histiosit dan sel datia-langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel-sel limfisot dan bermacam-macam jaringan ikat.
         
          Tergantung dari jumlah kuman, vilurensinya dan imunitas penderita, sarang dini ini dapat menjadi :
1.     Diresorpsi kembali dn sembuh tanpa meninggalkan cacat.
2.     Sarang yang mula-mula meluas, tetapi segera menyembuh dengan sebukan jaringan fibrosis.
Ada yang membungkus diri menjadi lebih keras, menimbulkan perkapuran dan akan sembuh dalam bentuk perkapuran.
3.     Sarang dini yang meluas dimana granuloma berkembang menghancurkan jaringan sekitarnya dan bagian tengahnya mengalami nekrosis, dan menjadi lembek membentuk jaringan keju. Bila jaringan keju dibatukan keluar akan terjadilah kavitas. Kavitas ini mula-mula berdinding tipis, lama-lama dindingnya menebal karena infiltrasi jaringan fibronlas dalam jumlah besar, sehingga menjadi kavitas sklerotik.
Kavitas dapat :
a.     Meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumonia baru. Sarang ini selanjutnya mengikiti perjalanan sepertinya yang disebutkan terdahulu.
b.     Memadat dan membungkus diri sehingga menjadi tiberkuloma. Tuberkuloma ini dapat mengapur dan menyembuh atau dapat aktif kembali menjadi cairan dan jadi kavitasi lagi.
c.     Bersih dan menyembuh, disebut open healed cavity. Dapat juga menyembuh dengan membukus diri dan menjadi kecil. Kadang-kadang berakhir sebagai kavitas yang terbungkus, menciut, dan terbentuk seperti bintang, disebut stellate shaped.
Secara keseluruhan akan terdapat 3macam sarang yakni  :
1.     Sarang yang sudah sembuh. Sarang berbentuk ini tidak perlu pengobatan lagi.
2.     Sarang aktif eksudatif. Sarang bentuk ini perlu pengobatan yang lengkap dan sempurna.
3.     Sarang yang berada antara aktif dan sembuh.
Sarang bentuk ini dapat sembuh spontan, tapi meningat kemungkinan terjadinya eksaserbasi kembali, sebaliknya diberi pengobatan yang sempurna juga.





                    PATHWAY TUBERCULOSIS
4.    Klasifikasi Tuberkulosis
    Sampai sekarang belum ada kesepakatan diantara para klinikus, ahli radiologi, ahli patologi, mikrobiologi, dan ahli kesehatan masyarakattentang keseragaman klasifikasi tuberculosis seperti :
1.     -    Tuberculosis primer (childhood tuberkolusis
-         Tubekulosis post-primer (adult tuberculosis).
2.     Tuberkulosis paru (Koch Pulmonum) aktif, non aktif dan quiescent.
3.     -    Tuberculosis Minimal.
Terdapat bagian kecil infiltrasi non kavitas pada satu paru maupun kedua paru, tapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus paru.
-        Moderately advanced tuberculosis
Ada kavitas dengan diameter tidak lebih dari 4cm. jumlah infiltrasi bayangan halus tidak lebih dari satu bagian paru. Bila bayangannya kasar sepertiga bagian satu paru.
-        Far advanced tuberculosis
Terdapat infiltrasi dan kavitas yang melebihi keadaan pada moderately advanced tuberculosis.
Klasifikasi tersebut diatas masing-masing lebih dititik beratkan pada bidang patologi,mikrobiologi dan radiologi. Pada tahun 1974 America Thoracis Society memberikan klasifikasi kesehatan masyarakat.
-         Kategori 0 : tidak pernah terpapar, dan tidak terinfesksi. Riwayat kontak negative, tes tuberculin negative.
-        Kategori I : terpapar tuberculosis, tapi tidak terbukti ada infeksi. Disini riwayat kontak positif, tes tuberkulin positif, radiologis dan sputum negative.      
-        Kategori II : terinfeksi tuberculosis, tapi tidak sakit. Tes tuberculin positif, radiologis dan sputum negatif.
-        Kategori III : terinfeksi tuberculosis dan sakit.
Diindonesia klasifikasi yang banyak dipakai adalah :
Ø  Tuberculosis paru.
Ø  Bekas tuberculosis paru
Ø  Tuberculosis paru tersangka, yang terbagi dalam :
a.     Tuberkulosisi paru tersangka yang diobati.
Disini sputum BTA negatif tapi tanda-tanda lain positif.
b.     Tuberculosis paru tersangka yang tidak diobati.
Disini sputum BTA negatn tanda-tanda lain juga meragukan.
                    Dalam klasifikasi ini perlu dicantumkan :
-        Status bakterilogis
mikroskopik sputum BTA (langsung).
Biakan sputum BTA
-        Status radiologik , kelainan yang relevan untuk tuberculosis paru.
-        Status kemoterapi, riwayat pengobatan dengan obat anti tuberculosis.

5.       Manifestasi Klinis
   
    Keluhan yang dirasakan penderita tuberculosis dapat bermacam – macam atau malah tanpa keluhan sama sekali.
Keluhan yang terbanyak adalah :
1)    Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tapi kadang – kadang panas badan dapat mencapai 40-41Oc Serangan demam pertama  dapat tumbuh kembali, begitulah seterusnya hilang timbulnya demam influenza ini. Sehingga penderita merasa tidak pernah terbebas dari serangan demam influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi daya tahan tubuh penderita dan berat ringannya infeksi kuman tuberkulosisi yang masuk .
2)    Batuk
Gejala ini banyak ditemukan. Batuk terjadi karena adanya iritasi bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membaung produk-produk radang keluar. Karena terlibatnya bronkus pada setiap penyakit tidak sama, mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit berkembang  dalam jaringan paru yakni setelah berminggu – minggu atau berbulan  - bulan peradangan bermula. Sifat batuk ini dimulai dari batuk kering ( non- produktif ) kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif ( menghasilkan sputum ). Keadaan yang lanjut adalah  batuk darah ( hemoptoe) karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada tuberculosis terjadi pada kavitas, tapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus
3)    Sesak nafas.
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh)belum dirasakan sesak nafas. Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, dimana infiltrasinya Udah setengah bagian paru-paru.
4)    Nyeri dada.
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai kepleura sehingga menimbulkan pleritis.
5)    Malaise.
Penyakit tuberculosis bersifatb radang yang menahun. Gejala malaise sering ditemukan berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, badan makin kurus (berat badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keingat malam dll. Gejala malaise ini makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.

6.       Pemeriksaan Fisik
   
    Pemeriksaan fisik penderita sering tidak menunjukan suatu kelainan pun terutama pada kasus-kasus yang dini atau yang sudah terinfiltarassi secara asimtomatik. Demikian juga bila sarang penyakit terletak didalam, aakan sulit menemukan kelinan pada pemeriksaan fisik, karena hantaran getaran yang lebih dari 4cm dalam paru sulit dinilai secara palpasi, perkusi, dan auskultasi.
   
    Tempat kelainan yang paling dicurigai adalah abagian apekx(puncak)paru. bila dicurigai adanya infiltrasi yang agak luas, didapatkan perkusi yang redup dan auskultasi suara nafas yang bronchial. Akan didapatkan juga suara nafas tambahan berupa ronki basah kasar dan nyaring. Tetapi biloa infiltarsi ini diliputi oleh penebalan pleura suara nafasnya menjadi vesicular melemah. Bila terdapat kavitas yang cukup besar. Perkusi member suara hipersonor atau timpani dan auskultasi memberi suara amforik.
   
    Pada tuberculosis paru yang lanjut dengan fibrosis yang luas sering ditemukan atrofi dan retraksi otot-otot interkostal. Bagian paru yang sakit jadi menciut dan menarik isi mediastinum atau paru lainnya. Paru yang sehat menjadi lebih hiperinflasi. Bila jaringan fibrotic amat luas yakni lebih dari setengah jumlah jaringan paru-paru.→meningkatnya tekanan arteri pulmonalis (hipertensi pulmonal)→terjadi cor pulmonal→gagal jantung kanan. Disini akan didapatkan tanda-tanda cor pulmonal dengan gagal jantung kanan seperti : takipnea, takikardi, sianosis, right ventricular lift, ringt atrial gallop, graham-steel murmur, bunyi P2 yang mengeras, tekanan vena jugularis,yang meningkat, hepatomegali, asites, dan edema.

    Bila tuberculosis mengenai pleura sering terbentuk efusi pleura, paru yang sakit terlihat agak tertinggal didalam pernafasan. Perkusi memberikan suara pekak. Auskultasi memberikan suara nafas yang lemah sampai tidak terdengar sama sekali.

7.   Pemeriksaan Diagnostik
a.     Pemeriksaan Laboratorium
-          Kultur Sputum : Positif untuk Mycobacterium tuberculosis pada tahap aktif penyakit
-          Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan darah) : Positif untuk basil asam-cepat.
-          Tes kulit (Mantoux, potongan Vollmer) : Reaksi positif (area indurasi 10 mm atau lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah injeksi intradcrmal antigen) menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya antibodi tetapi tidak secara berarti menunjukkan penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien yang secara klinik sakit berarti bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan atau infeksi disebabkan oleh mikobakterium yang berbeda.
-          Anemia bila penyakit berjalan menahun
-          Leukosit ringan dengan predominasi limfosit
-          LED meningkat terutama pada fase akut umumnya nilai tersebut kembali normal pada tahap penyembuhan.
-          GDA : mungkin abnormal, tergantung lokasi, berat dan sisa kerusakan paru.
-          Biopsi jarum pada jaringan paru : Positif untuk granuloma TB; adanya sel raksasa menunjukkan nekrosis.
-          Elektrolit : Dapat tak normal tergantung pada lokasi dan beratnya infeksi; contoh hiponatremia disebabkan oleh tak normalnya retensi air dapat ditemukan pada TB paru kronis luas.
b.     Radiologi
-          Foto thorax : Infiltrasi lesi awal pada area paru atas simpanan kalsium lesi sembuh primer atau efusi cairan perubahan menunjukan lebih luas TB dapat termasuk rongga akan fibrosa. Perubahan mengindikasikanTB yang lebih berat dapat mencakup area berlubang dan fibrous. Pada foto thorax tampak pada sisi yang sakit bayangan hitam dan diafragma menonjol ke atas.
-          Bronchografi : merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan bronchus atau kerusakan paru karena TB.
-          Gambaran radiologi lain yang sering menyertai TBC  adalah penebalan pleura, efusi pleura atau empisema, penumothoraks (bayangan hitam radio lusen dipinggir paru atau pleura).
c.     Pemeriksaan fungsi paru
Penurunan kualitas vital, peningkatan ruang mati, peningkatan rasio udara residu: kapasitas paru total dan penurunan saturasi oksigen sekunder terhadap infiltrasi parenkim/fibrosis, kehilangan jaringan paru dan penyakit pleural.

TES TUBERKULIN (TEST MANTOUX)
Uji tuberkulin (tuberculin skin test/TST) merupakan alat diagnostik yang sampai saat ini mempunyai sensitivitas dan spesifisitas cukup tinggi untuk mendiagnosis adanya infeksi tuberkulosis. Pertama kali Robert Koch membuat filtrat dari kultur Mycobacterium tuberculosis dengan tujuan sebagai terapi. Pada penerapannya, tenyata pemberian tuberkulin yang bertujuan menyembuhkan menimbulkan reaksi sistemik seperti demam, nyeri otot, mual dan muntah sedangkan mereka yang tidak sakit tidak menunjukkan reaksi tersebut. Akhirnya pada perkembangannya tuberkulin digunakan sebagai alat diagnostik dengan mengaplikasikannya secara lokal untuk mencegah reaksi sistemik.
Test mantoux adalah  suatu cara yang digunakan untuk mendiagnosis TBC. Tes mantoux itu dilakukan dengan menyuntikan suatu protein yang berasal dari kuman TBC sebanyak 0,1ml dengan jarum kecil di bawah lapisan atas kulit lengan bawah kiri.

Tujuan
Tujuan dari tes mantoux ini adalah sebagai salah satu cara untuk mendiagnosis infeksi TBC. Kenapa salah satu? Karena ternyata tidak mudah untuk mendiagnosis TBC sehingga perlu banyak faktor untuk mengetahui pasti bahwa seseorang memang terinfeksi TBC dan harus menjalani pengobatan. Hasil tes Mantoux saja tidak bisa digunakan untuk menegakkan diagnosis karena kadang hasil tes ini memberikan hasil negatif palsu atau positif palsu. Hasil pemeriksaan tes mantoux ini harus didukung dengan keluhan, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan laboratorium yang ada.
Lokasi dan cara penyuntikan Test Mantoux
Lokasi penyuntikan tes mantoux umumnya adalah pertengahan bagian atas, lengan bawah kiri bagian depan. Penyuntikan dilakukan intrakutan (ke dalam kulit).
Cara melakukan uji tuberkulin metode mantoux (Tes Mantoux)
1.       Siapkan 0,1 ml PPD ke dalam disposable spuit ukuran 1 ml (3/8 inch 26-27 gauge)
2.       Bersihkan permukaan lengan volar lengan bawah menggunakan alcohol pada daerah 2-3 inch di bawah lipatan siku dan biarkan mengering
3.       Suntikkan PPD secara intrakutan dengan lubang jarum mengarah ke atas. Suntikan yang benar akan menghasilkan benjolan pucat, pori-pori tampak jelas seperti kulit jeruk, berdiameter 6-10 mm
4.       Apabila penyuntikan tidak berhasil (terlalu dalam atau cairan terbuang keluar) ulangi suntikan pada tempat lain di permukaan volar dengan jarak minimal 4 cm dari suntikan pertama.
5.       Jangan lupa mencatat lokasi suntikan yang berhasil tersebut pada rekam medis agar tidak tertukar saat pembacaan. Tidak perlu melingkari benjolan dengan pulpen/spidol karena dapat mengganggu hasil pembacaan.

8.   Penatalaksanaan Medis
a.     Farmakologi
Terdapat 2 macam sifat/aktivitas obat terhadap tuberculosis , yaitu sebagai berikut:
-      Aktivitas bakterisid
Disini obat bersifat membunuh kuman-kuman yang sedang tumbuh (metabolismenya masih aktif). Aktivitas bakteriosid biasanya diukur dengan kecepataan obat tersebut membunuh atau melenyapkan kuman sehingga pada pembiakan akan didapatkan hasil yang negatif (2 bulan dari permulaan pengobatan).
-      Aktivitas sterilisasi
Disini obat bersifat membunuh kuman-kuman yang pertumbuhannya lambat (metabolismenya kurang aktif). Aktivitas sterilisasi diukur dari angka kekambuhan setelah pengobatan dihentikan.
Pengobatan penyakit Tuberculosis dahulu hanya dipakai satu macam obat saja. Kenyataan dengan pemakaian obat tunggal ini banyak terjadi resistensi. Untuk mencegah terjadinya resistensi ini, terapi tuberculosis dilskukan dengan memakai perpaduan obat, sedikitnya diberikan 2 macam obat yang bersifat bakterisid. Dengan memakai perpaduan obat ini, kemungkinan resistensi awal dapat diabaikan karena jarang ditemukan resistensi terhadap 2 macam obat atau lebih serta pola resistensi yang terbanyak ditemukan ialah INH
b.     Penyuluhan
c.     Pencegahan
d.     Pemberian obat-obatan
-        OAT (obat anti tuberculosis)
Obat
Dosis harian
(mg/kgBB/hari)
Dosis 2x/minggu
(mg/kgBB/hari)
Dosis 3x/minggu
(mg/kgBB/hari)
INH
5-15 (maksimal 300 mg)
15-40 (maksimal 900 mg)
15-40 (maksimal 900 mg)
Rifampisin
10-20 (maksimal 600 mg)
10-20 (maksimal 600 mg)
15-20 (maksimal 600 mg)
Pirazinamid
15-40 (maksimal 2 gr)
50-70 (maksimal 2 gr)
15-30 (maksimal 2 gr)
Etambutol
15-25 (maksimal 2,5 gr)
50 (maksimal 2,5 gr)
15-25 (maksimal 2,5 gr)
Streptomisin
15-40 (maksimal 1 gr)
25-40 (maksimal 1,5 gr)
25-40 (maksimal 1,5 gr)
-        Bronchodilator
-        Ekspectoran
-        OBH (obat batuk hitam)
-        Vitamin
e.     Fisioterapi dan rehabilitasi
f.      Konsultasi secara teratur.




ASUHAN KEPERAWATAN
1.     Pengkajian
DATA SUBJEKTIF
DATA OBJEKTIF
Pasien mengeluh demam ringan (meriang)
Pasien mengeluh badan terasa letih
Pasien mengeluh anoreksia
Pasien mengeluh berat badan menurun
Pasien mengeluh keringat malam hari
Pasien mengeluh batuk menetap disertai darah
Pasien mengatakan tempat tinggal nya tergolong kumuh, ventilasi dan pencahayaan kurang


          Data yang perlu dikaji :
1.   Aktivitas/istirahat:
Subjektif:
a.     Kelelahan umum dan kelemahan
b.     Dispnea saat kerja maupun istirahat
c.     Kesulitan tidur pada malam hari atau demam pada malam hari, menggigil dan atau berkeringat
d.     Mimpi buruk
Objektif:
a.     Takikardia, takipnea/dispnea pada saat kerja
b.     Kelelahan otot, nyeri, sesak (tahap lanjut)
2.   Sirkulasi
Subjektif:
Palpitasi
Objektif:
a.     Takikardia, disritmia
b.     Adanya S3 dan S4, bunyi gallop (gagal jantung akibat effusi)
c.     Nadi apikal (PMI) berpindah oleh adanya penyimpangan mediastinal
d.     Tanda Homman (bunyi rendah denyut jantung akibat adanya udara dalam mediatinum)
e.     TD: hipertensi/hipotensi
f.      Distensi vena jugularis
3.   Integritas ego:
Subjektif:
a.     Gejala-gejala stres yang berhubungan lamanya perjalanan penyakit, masalah keuangan, perasaan tidak berdaya/putus asa, menurunnya produktivitas.
Objektif:
a.     Menyangkal (khususnya pada tahap dini)
b.     Ansietas, ketakutan, gelisah, iritabel.
c.     Perhatian menurun, perubahan mental (tahap lanjut)
4.   Makanan dan cairan
Subjektif:
a.     Kehilangan napsu makan
b.     Penurunan berat badan
Objektif:
a.     Turgor kulit buruk, kering, bersisik
b.     Kehilangan massa otot, kehilangan lemak subkutan
5.   Nyeri dan Kenyamanan:
Subjektif:
a.     Nyeri dada meningkat karena pernapsan, batuk berulang
b.     Nyeri tajam/menusuk diperberat oleh napas dalam, mungkin menyebar ke bahu, leher atau abdomen.
Objektif:
a.     Berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi, gelisah.
6.   Pernapasan:
Subjektif:
a.     Batuk (produktif atau tidak produktif)
b.     Napas pendek
c.     Riwayat terpajan tuberkulosis dengan individu terinfeksi
Objektif:
a.     Peningkatan frekuensi pernapasan
b.     Peningkatan kerja napas, penggunaan otot aksesori pernapasan pada dada, leher, retraksi interkostal, ekspirasi abdominal kuat
c.     Pengembangan dada tidak simetris
d.     Perkusi pekak dan penurunan fremitus, pada pneumothorax perkusi hiperresonan di atas area yang telibat.
e.     Bunyi napas menurun/tidak ada secara bilateral atau unilateral
f.      Bunyi napas tubuler atau pektoral di atas lesi
g.     Crackles di atas apeks paru selama inspirasi cepat setelah batuk pendek (crackels posttussive)
h.     Karakteristik sputum hijau purulen, mukoid kuning atau bercak darah
i.       Deviasi trakeal
7.   Keamanan
Subjektif:
Kondisi penurunan imunitas secara umum memudahkan infeksi sekunder.
Objektif:
Demam ringan atau demam akut.
8.   Interaksi Sosial
Subjektif:
a.     Perasaan terisolasi/penolakan karena penyakit menular
b.     Perubahan aktivitas sehari-hari karena perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran
c.     Penyuluhan/pembelajaran
Objektif:
a.     Riwayat keluarga TB
b.     Ketidakmampuan umum/status kesehatan buruk
c.     Gagal untuk membaik/kambuhnya TB
d.     Tidak berpartisipasi dalam terapi.





2.     Diagnosa Keperawatan

DATA FOKUS
PROBLEM
ETIOLOGI
DS :
Pasien mengeluh batuk disertai darah
Timbul keluhan sesak napas
Timbul keluhan adanya sekret di saluran napas
DO :
Suara napas abnormal (ronchi, rales, wheezing)
Frekuensi napas : >20x/menit
Dispnea
Bersihan jalan napas tidak efektif
Penumpukan sekret
DS :
Pasien mengeluh badan terasa letih
Pasien mengeluh anoreksia
Pasien mengeluh berat badan menurun
Pasien mengatakan tidak napsu makan.
Pasien mengatakan makanan yang disediakan tidak habis.
DO :
Adanya sisa makanan dalam tempat makan pasien (makan kurang dari porsi yang dianjurkan)
Adanya penurunan berat badan.
Penurunan laboratorium darah (albuminemia)
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
Perasaan mual
Batuk produktif
Subjektif :
Kelelahan umum dan kelemahan
Dispnea saat kerja maupun istirahat
Kesulitan tidur pada malam hari atau demam pada malam hari, menggigil dan atau berkeringat
Mimpi buruk
Objektif:
Takikardia, takipnea/dispnea pada saat kerja
Kelelahan otot, nyeri, sesak (tahap lanjut)
Intoleransi aktivitas
Keletihan / kelamahan
DS :
Pasien mengatakan tempat tinggal nya tergolong kumuh, ventilasi dan pencahayaan kurang
DO :
Rumah tinggal pasien kumuh
Resiko penyebaran infeksi
Paparan lingkungan
DS :
Pasien mengatakan sudah sejak lama mengalami gejala ini,
Tidak mempunyai biaya sehingga tidak berobat.
DO :

Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan tindakan dan pencegahan
Tidak akurat dan tidak lengkap informasi yang ada

3.     Intervensi
Dx
Intervensi
Rasional
1
1.   Mengkaji fungsi respirasi antara lain suara, jumlah irama dan kedalaman napas serta catat juga mengenai otot napas tambahan.
2.   Mencatat kemampuan untuk mengeluarkan sekret / batuk secara efektif.
3.   Mengatur posisi tidur semi atau high fowler.
4.   Membantu pasien untuk batuk secara efektif dan menarik napas dalam.
5.   Memebrikan minum kurang lebih 2500 ml/hai, menganjurkan untuk minum dalam kondisi hangat jika tidak ada kontraindikasi.
6.   Meberikan O2 udara inspirasi yang lembap
7.   Memberikan pengobatan atas indikasi :
-        Agen mukolitik : Acetylcistein
-        Bronkodilator : Theophyline, Oxtriphyline
-        Kortikosteroid : Dexamethasone
8.  Memberikan agen anti infeksi:
-        Obat primer : Isoniazid, Ethambutol, Rifampin
-        Pyrazinamide, Para Amino Salicilic, Steptomycin
9.  Monitor pemeriksaan laboratorium (sputum)
1.    Adanya perubahan fungsi respirasi dan penggunaan otot tambahan menandakan kondisi penyakit yang masih dalam kondisi penanganan penuh.
2.    Ketidakmampuan mengeluarkan sekret menjadikan timbulnya penumpukan sekret berlebihan pada saluran pernapasan
3.    Posisi semi/ high fowler memberikan kesempatan paru-paru berkembang secara maksimal akibat diafragma turun ke bawah.
4.    Batuk efektif mempermudah ekspektorasi mukus.
5.    Air digunakan untuk menggantikan keseimbangan ccairaan tubuh akibat cairan banyak keluar melalui pernapsan. Air hangat juga mempermudah pengenceran sekret melalui proses konduksi yang mengakibatkan arteri pada area sekitar leher vasodilatasi dan mempermudah cairan dalam pembuluh darah dapat diikat oleh mukus sekret.
6.    Berfungsi menungkatkan kadar tekanan parcial O2 dan saturasi O2 dalam darah
7.    Berfungsi untuk mengencerkan dahak
Meningkatkan / memperlebar saluran udara
8.  Mempertebal dinding saluran udara (bronkus)
9.  Menurunnya keaktifan dari mikroorganisme akan menurunkan respons inflamasi sehingga akan berefek pada berkurangnya produkesi sekret.
2
1.  Mendokumentasikan status nutrisi pasien, serta mencatat turgor kulit, berat badan saat ini, tingkat kehilangan berat badan, integritas mukosa mulut, tonus perut dan riwayat nausea/vomit atau diare.
Memonitor intake dan output dan berat badan secara terjadwal.
2.   Memberikan oral care sebelum dan sesudah pentalaksaan respiratori
3.   Menganjurkan makan sedikit, tapi sering dengan diet TKTP (Tinggi Kalori Tinggi Protein)
4.   Menganjurkan keluarga untuk membawa maknaan dari rumah terutama yang disukai oleh pasien dan kemudian makan bersama pasien jika tidak ada kontraindikasi.
5.   Menganjurkan kepada ahli gizi untuk menentukan kompisisi diet
6.   Memonitor pemeriksaan laboratorium : BUN, serum protein, dan albumin.
7.   Memberikan vitamin sesuai indikasi
1.   Menjadi data fokus untuk menentukan rencana tindakan selanjutnya.
2.   Meningkatkan kenyamanan daeerah mulut sehingga akan meningkatkan perasaan nafsu makan.
3.   Meningkatkan intkae makanan dan nutrisi pasien, terutama kadar protein tinggi yang dapat meningkatkan mekanisme tubuh dalam proses penyembuhan.
4.   Merangsang pasien untuk bersedia meningkatkan intake makanan yang berfungsi sebagai sumber energi bagi penyembuhan.
5.   Menentukan kebutuhna nutrisi yang tepat bagi pasien
6.   Mengontrol keefektifan tindakan terutama dengan kadar protein darah
7.   Meningkatkan kompisisi tubuh akan kebutuhan vitamin dan napsu makan pasien.
3
1.  Jelaskan aktivitas dan faktor yang meningkatkan kebutuhan oksigen
2.  Seperti merokok. suhu sangat ekstrim, berat badan kelebihan, stress.
3.  Secara bertahap tingkatan aktivitas harian klien sesuai peningkatan toleransi.
4.  Memberikan dukungan emosional dan semangat
5.  Setelah aktivitas kaji respon abnormal untuk meningkatkan aktivitas.

1.  Merokok, suhu ekstrim dan stress menyebabkan vasokastriksi yang meningkatkan beban kerja jantung dan kebutuhan oksigen, berat badan berlebihan, meningkatkan tahapan perifer yang juga meningkatkan beban kerja jantung.
2.  Mempertahankan pernafasan lambat, sedang dan latihan yang diawasi memperbaiki kekuatan otot asesori dan fungsi pernafasan.
3.  Rasa takut terhadap kesulitan bernafas dapat menghambat peningkatan aktivitas.
4.  Intoleransi aktivitas dapat dikaji dengan mengevaluasi jantung sirkulasi dan status pernafasan setelah beraktivitas.
4
1.     Mengkaji patologi penyakit (fase aktif dan inaktif) dan potensial penyebaran infeksi melalui airbone droplet selama batuk, bersin, meludah, berbicara, tertawa, dll
2.     Mengidentifikasi resiko penularan terhadap orang lain seperti anggota keluarga dan teman dekat
3.     Menganjurkan penggunaan tissue untuk membuang sputum. Mereview pentingnya mengontrol infeksi, misalnya dengan menggunakan masker.
4.     Memonitor suhu sesuai indikasi.
1.     Untuk mengetahui kondisi nyata dari masalah pasien fase inaktif tidak berarti tubuh pasien sudah terbebas dari kuman tuberkulosis.
2.     Mengurangi reisiko anggota kelurga untuk tertular dengna penyakit yang sama dengna pasien.
3.     Penyimpanan sputum pada wadah yang terinfeksi dan penggunaan masker dapat meminimalkan penyebaran infeksi melalui droplet.
4.     Peningkatan suhu menandakan terjadinya infkesi sekunder.
5
6.      Kaji kemampuan pasien untuk belajar
7.      Identifikasi gejala yang harus dilaporkan ke perawat
8.      Berikan instruksi dan infromasi tertulis
9.      Anjurkan klien untuk tidak merokok\
10.   Kaji bagaimana TB ditularkan
1.          Belajar tergantung pada emosi dan kesiapan fisik dan ditingkatkan pada tahapan inndividu
2.          Dapat menunjukkan kemajuan atau pengaktifan ulang penyakit atau efek obat yang memelukan evaluasi lanjut
3.          Informasi tertulis menurunkan hambatan pasien untuk mengingat sejumlah besar informasi
4.          Meskipun merokok tidak merangsang berulangnya TB tetapi meningkatkan dsifungsi pernapasan
5.          Untuk mengatahui bagaimana proses penularan




BAB III
PENUTUP

          Penyakit TBC adalah merupakan suatu penyakit yang tergolong dalam infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Penyakit TBC dapat menyerang pada siapa saja tak terkecuali pria, wanita, tua, muda, kaya dan serta dimana saja. Cara penularan nya pun mudah, penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersihkan.
          Pengobatan tuberkulosis terutama pada pemberian obat antimikroba dalam jangka waktu yang lama. Obat-obat dapat juga digunakan untuk mencegah timbulnya penyakit klinis pada seseorang yang sudah terjangkit infeksi. Penderita tuberkulosis dengan gejala klinis harus mendapat minuman dua obat untuk mencegah timbulnya strain yang resisten terhadap obat
DAFTAR PUSTAKA

Doenges E, Marilynn, dkk. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perancanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC
Long, B C. (1996). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan) Jilid 3. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan
Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Kllinis Proses-proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta 

1 ulasan:

  1. Wah bermanfaaat sob... Sedikit share ajah > Tb itu hari ini bisa terobati gak kaya orang tua dulu kata kalo org kena TB pasti kois seberapapun obat yg dibeli gak manjur karena belum ada obat antibiotik yg efektif waktu itu. MDR-TB pun sekarang masih bisa terobati, ini terbukti dari Hasil pengobatan (TB-MDR) di Poliklinik Paru RSUP Persahabatan menunjukan 32 (34,5%) putus TB-MDR, dan pasien TB-MDR yang sembuh didapatkan 2 (2,1%), sehingga sebenarnya jika disiplin obat maka kemungkinan untuk sembuh total masih bisa. dari situ ternyata ada harapan semua org Tb baik gol lini 1 dan 2 semua bisa terobati. jangan cemas.. Good LUCk

    Kunbalnya juga njeeh > http://inirahasiahamil.blogspot.com/2014/05/peduli-penyakit-tb.html atau Masyarakat peduli TB

    BalasPadam